Indoswaranews.com, Tanggamus, Lampung – Nasib pilu yang dirasakan bocah berusia 13 tahun Muhammad Eri Saputra, ia terpaksa hanya bisa berbaring di tempat tidurnya pada usia dini lantaran mengalami kelumpuhan kedua kakinya sejak usianya menginjak 5 tahun.
Muhammad Eri Saputra yang merupakan anak semata wayang dari ibu Mar Supriyanti berstatus janda yang ditinggal suaminya saat Muhammad Eri Saputra berusia satu tahun.
Ibu Mar Supriyanti dan anaknya tinggal di kampung Kesugihan, Pekon Kesugihan, Kecamatan Kota Agung Barat, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Gejala Awal Alami Kelumpuhan
Menurut keterangan Ibu kandung Muhammad Eri Saputra, Mar Supriyanti mengatakan, anaknya mengalami kelumpuhan sejak berumur 5 tahun 5 bulan. Sebelumnya Eri bisa berjalan normal sebagai mana mestinya anak-anak lainnya.
Tapi pada saat Eri menjelang umur 5 tahun dan berstatus Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) selama kurang lebih 6 bulan lamanya, di usia itu Eri memiliki keluhan tidak bisa berdiri dan berjalan, sehingga memutuskan tidak meneruskan PAUD lantaran tidak bisa berjalan dan malu terhadap teman -temanya.
“Pada saat itu ia berumur 5 tahun lebih, Anak saya Eri tiba-tiba bicara dengan saya minta tolong ambilkan sesuatu disaat ia berada di tempat tidurnya, dan saya menghampiri Eri dan bicara ambil sendiri Eri, dan ia menjawab Eri tidak bisa kaki Eri tidak bisa berdiri,” ujar Ibu Mar Supriyanti.
Usaha Dalam Pengobatan
Setelah kejadian itu, lanjutnya Ibu Yanti, dirinya berusaha mengobati anaknya ke mantri terdekat, dan sudah melakukan pengobatan tradisional/terapi tapi tidak membuahkan hasil. Tapi menurut mereka bahwa anaknya dugaan menderita gejala polio.
Ia juga mengatakan bahwa dirinya tidak ada kartu BPJS, untuk berobat ke Rumah Sakit Umum dikarenakan Kartu Keluarga (KK) beserta KTPnya masih domisili di Pulau Jawa. Karena sebelumnya beliau ikut kepada suaminya disana dan baru saja beberapa hari ini punya kesempatan untuk mengurus identitas yang sekarang ia tempati.
“Saya tidak ada BPJS, KK dan KTP saya masih domisili di Pulau Jawa, makanya saya tidak ada bantuan sedikitpun dan baru-baru ini saya bisa mengurus KK dan KTP itupun dibantu orang yang berjiwa sosial,” katanya.
Minimnya Dukungan Materi
Mar Supriyanti mengaku, dirinya sangat kesulitan untuk mengobati anaknya dikarenakan kondisi materi yang benar-benar tidak mampu, ia juga mengatakan ingin sekali bekerja tapi kondisi anaknya yang lumpuh tidak bisa di tinggal terlalu lama dikarenakan makan minum dan buang air saja tidak bisa sendiri masih dirinya membantu melakukannya.
Sementara, untuk makan sehari-hari saja dirinya mengaku, hanya bisa menjadi tukang ojek panggilan melalui via WhatsApp setelah mengantar penumpang secepat mungkin kembali kerumah.
“Saya tidak mampu untuk biaya berobat anak saya, saya hanya bisa pasrah pada Allah SWT buat makan saja saya terpaksa mengojek yang hanya cukup untuk makan saja,” ucapnya dengan nada lirih.
Berharap Kepada Pemerintah
Ibu Mar Supriyanti berharap, kepada Pemda Kabupaten Tanggamus, agar tergugah pintu nuraninya bisa memberikan kebijakan dan bantuannya supaya anaknya dapat bisa mendapat perawatan yang layak, karena saat ini kondisinya semakin lama semakin memburuk.
“Semoga ada bantuan dari Pemerintah Daerah untuk anak saya, setidaknya bisa meringankan beban dan penderitaan anak saya agar bisa sembuh dari penyakitnya. Dan untuk saat ini penyakit merambat ke tangannya yang susah untuk di gerakan,” terangnya.
Fadil