Talang Padang – Sinar senja masih membayang di langit Pekon Negeri Agung, Kecamatan Talang Padang, saat Kapolres Tanggamus AKBP Rahmad Sujatmiko melangkah masuk ke halaman kediaman KH. Wahid Zamas, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tanggamus, Jumat (2/5/2025).
Bukan kunjungan formal yang kaku, bukan pula agenda penuh protokoler. Ini adalah silaturahmi, upaya menyambung komunikasi yang hangat antara pemimpin keamanan dan pemuka umat. Senyuman lebar dan jabat tangan erat menyambut pertemuan itu, menandai dimulainya percakapan yang penuh makna tentang kedamaian, sinergi, dan peran mulia menjaga masyarakat.
Di bawah naungan atap rumah sederhana yang sejuk oleh rimbunan pepohonan, keduanya duduk bersisian. Tak ada batas antara pangkat dan sorban. Yang ada hanyalah kesamaan niat: menjaga ketenteraman Tanggamus.
“Peran para ulama sangat penting. Di tengah dinamika sosial saat ini, kami butuh pandangan dan bimbingan spiritual untuk menyejukkan suasana,” ujar AKBP Rahmad Sujatmiko. Nada suaranya tenang, mencerminkan kesungguhan.
Bagi sang Kapolres, membangun hubungan dengan para tokoh agama bukan sekadar rutinitas seremonial. Ia melihat ulama sebagai mitra strategis dalam menjaga stabilitas keamanan dan menangkal ideologi yang merusak persatuan bangsa.
KH. Wahid Zamas menyambut pesan itu dengan senyum bijak. “Kepolisian dan ulama ibarat dua sisi mata uang. Harus saling menguatkan. Kami siap mendampingi Polres untuk terus menyejukkan hati umat dan menghindarkan masyarakat dari provokasi,” tuturnya.
Silaturahmi itu berlangsung lebih dari sekadar pertemuan. Ia menjelma menjadi pengikat kepercayaan. Percakapan mereka mengalir, diselingi tawa ringan, cerita keseharian, dan secangkir teh hangat—penanda bahwa keamanan daerah tak hanya dibangun di ruang rapat, tapi juga di ruang hati yang terbuka.
Turut hadir dalam kesempatan itu, Kasat Intelkam Iptu Arbiyanto, Kapolsek Talang Padang Iptu Agus Heriyanto, serta Kasi Propam AKP Ujang Srikandi. Mereka pun larut dalam suasana kekeluargaan yang kental, sebuah gambaran nyata bahwa kedamaian dimulai dari kedekatan antarpemangku kepentingan.
Saat senja berganti malam, pertemuan pun usai. Namun jejaknya tertinggal: harapan akan sinergi yang terus hidup antara Polri dan ulama, demi Tanggamus yang tenteram dan bersatu. (Asis)